TEMPO.CO, Yogyakarta - Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Ryan Kiryanto menyebut nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diprediksi sulit menguat secara signifikan tahun ini. Meski jika dilihat saat ini kondisi nilai tukar rupiah itu masih stabil di level Rp 14.160 per dolar AS sesuai data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate.
Baca juga: The Fed Tahan Suku Bunga, Rupiah Menguat ke 14.094 per Dolar AS
“Aliran dana asing yang masuk ke domestik memang terus meningkat, tapi jumlahnya kan masih kalah jauh dengan negara lain. Jadi rupiah ini masih sulit menguat signifikan,” ujar Ryan saat pelatihan wartawan ekonomi dan moneter Bank Indonesia di Yogyakarta, Sabtu 23 Maret 2019.
Ryan merujuk prosentase dana asing yang masuk Indonesia (foreign direct investment -FDI) yang dicatat World Development Indicators (WDI). Kenaikan dana asing pada 2018 lalu tercatat sebesar 2,1 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Jumlah ini hanya meningkat tipis dibanding tahun sebelumnya yang prosentasenya di kisaran 2,0 persen.
Padahal di negara seperti Thailand, dana asing yang masuk bisa mencapai 2,5 persen terhadap PDB pada 2018 lalu atau berhasil meningkat 0,7 persen dibanding dari 2017 yang hanya 1,8 persen. Pun di Vietnam aliran dana asingnya juga tinggi dengan prosentase mencapai 6,5 persen terhadap PDB tahun 2018.
Salah satu negara yang aliran dana asingnya turun hanya Malaysia, dari sebelumnya 3,0 persen pada 2017 lalu turun menjadi 2,1 persen ditahun 2018.
"Indonesia kenaikannya (dana asing masuk) seharusnya bisa lebih besar, karena kan sudah investment grade," ujarnya.
Ryan pun turut menyoroti sektor ekspor dan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) yang ikut jadi ganjalan dalam peningkatan perekonomian. Capaian CAD Indonesia sepanjang 2018 berkisar US$ 31,1 miliar atau hanya berkontribusi sebesar 2,98 persen terhadap PDB.
Baca berita rupiah lainnya di Tempo.co